Aku Tak Tahu.

Minggu, September 07, 2014

Terikat dalam sebuah perasaan yang tak dapat dideskripsikan dengan kata-kata, aku hanya dapat diam memandang langit hitam yang menaungiku selama ini. Berharap bahwa akan ada matahari setelahnya, berharap bahwa dia akan sadar jika aku ada disini. Aku tak tahu apa yang harus aku lakukan. Aku lemah tak berdaya, hanya dapat mengharapkan sesuatu yang mungkin tak akan pernah menjadi sebuah kenyataan. Mengharapkan dia kembali rela membagi waktunya untukku, mengharapkan dia akan kembali menjadi dia yang ada di masa lalu.

Aku berada di dalam sebuah ruangan hampa, tanpa cahaya maupun suara. Semua tampak sama dihadapanku. Hitam, gelap, sepi, bahkan tak terdengar desiran angin sekalipun. Disini, aku hanya bersama buliran-buliran air yang jatuh dari mataku. Disini, aku hanya dapat meratapi kesedihan ini, sendiri. Tanpa dapat membagi kesedihan ini dengan siapapun. Aku terlalu gengsi untuk memperlihatkan betapa rapuhnya diriku di depan semua orang. Aku terlalu kuat untuk menutupi ini didepan siapa saja yang melihatku. Namun hatiku bukanlah besi yang hanya dapat lebur jika dipanaskan dalam suhu 1538 derajat celcius. Karena aku hanyalah manusia biasa yang tak dapat mengutarakan semuanya langsung dengan ucapan, aku tak se berani itu.

Aku ingin pergi kemana aku semestinya pergi sekarang, denganmu. Aku ingin mengulang semua masa yang pernah kita lewati. Aku ingin merasakan canda tawa yang pernah aku rasakan dulu saat bersamamu. Semua masih melekat dalam pikiranku, tak akan terganti oleh apapun juga. Ketika itu, kau memang sangat cuek padaku. Kau tak peduli jika aku jatuh ketika aku sedang berlari kencang hanya untuk mengejarmu. Ketika itu kau tak peduli jika aku sedang bingung dengan soal matematika yang aku anggap itu sangat sulit, se sulit mengetahui perasaanmu yang sebenarnya kepadaku. Ketika itu, se sulit apapun rintangan yang aku hadapi, aku tetap senang. Karna aku tahu kamu masih ada di belakangku, meskipun hanya untuk menertawakanku atau diam tak peduli.

Aku masih ingat pertemuan pertama kita, pertemuan kedua, ketiga, dan hari-hari yang aku jalani bersamaamu. semua masih terekam manis dalam memoriku. Semua itu bagaikan sebuah film yang selalu berputar diotakku setiap kali aku mengingatmu. Mungkin memang di pertemuan pertama kau terlihat tidak peduli, namun aku tahu itu bukanlah dirimu yang sebenarnya. mungkin kau hanya risih karna kau baru saja mengenalku.

Aku tak tahu apa yang harus aku lakukan sekarang. Aku terlalu larut dalam kesedihan yang berkepanjangan. Yang mungkin tak akan ada habisnya, kecuali jika kau ada didekatku.

1 komentar :

Theme by: Pish and Posh Designs