Sepucuk Surat Untukmu

Rabu, September 30, 2015

Hai kamu, apa kabar? Aku harap kamu baik-baik saja. Disini, aku mungkin tak seperti dugaanmu. Yang dapat tertawa ceria dengan lesung pipit yang sedikit demi sedikit timbul karna bentuk mukaku perlahan berubah.

A Note to Myself

Sabtu, September 26, 2015

Tanggal 26 September 2015, di kamar sendiri, sedang belajar.

Ada suatu masa dimana titik jenuhku berada. Jenuh untuk melakukan apapun. Hanya ingin berdiam diri sembari menatap langit-langit kamar yang sebelumnya telah ku hiasi dengan puluhan burung bangau.

Aku tahu aku tak sepantasnya jenuh. Tugas aku ada di dunia ini untuk belajar. Bukan hanya untuk diam dan merenung. Merenung tak akan membuatku sukses. Merenung terus menerus hanya menjadikan diriku ini sampah—yang kerjaannya hanya memenuhi bumi tanpa dapat berbuat apapun. Aku ini manusia, harus bisa menjadi produktif. Aku ini anak muda, harus bisa membangkitkan semangatku sendiri

Detik ini, aku menyadari satu hal. Belakangan ini, aku selalu bertanya-tanya “Mengapa banyak orang yang selalu galau?” “Mengapa banyak orang yang depresi di zaman yang apa-apa serba ada?”. Dan kini aku menemukan sedikit titik cerah untuk jawabannya. Aku merasa, bahwa terkadang aku terlalu banyak berpikir tanpa ada tindakan nyata, aku terlalu banyak merenungkan hal—dari yang penting sampe yang bahkan dipikirkan pun tak ada gunanya. Zaman sekarang, terlalu banyak manusia yang pola berpikirnya terlalu cepat—itu menurutku.

Pada intinya, aku harus tetap fokus dan harus menjadi manusia yang produktif. Jangan jadikan titik jenuh ini sebagai penghalang ku untuk maju terus ke depan. Pokoknya aku harus semangat! (:


-Teruntuk diriku yang sedang suntuk—aku harus bisa bertahan!-

Akhir Yang Menggantung

Senin, September 21, 2015

Bodohnya aku, masih dapat terperangkap dalam cintamu
Cinta yang bahkan tak pernah memiliki jawaban

Betapa lalainya aku, masih dapat terbuai oleh senyumanmu
Senyum yang bahkan tidak diperuntukkan padaku lagi

Logika ini tak dapat berpikir jernih
Bahkan sekedar menghitung satu ditambah satupun aku tak tahu

Mengapa harapan ini tak pernah putus…?

Aku baru saja melihatnya, melihat kebenaran yang selama ini telah ku curigai—dan kini kau telah mengungkapkannya. Seharusnya aku lega dengan semua ini. Tetapi… mengapa hanya sesak yang terasa? Melihatmu bersama orang lain membuat jantungku serasa berhenti berdetak….


Theme by: Pish and Posh Designs