Hari Jum’at, 20 Oktober 2017, Aliansi mahasiswa dari seluruh
Indonesia melakukan aksi untuk melakukan evaluasi 3 tahun masa jabatan
pemerintahan Joko Widodo – Jusuf Kalla. Setelah terjadi aksi, muncullah manusia
– manusia dengan pro dan kontranya. Bahkan, banyak terjadi keributan di media
massa akibat dari perbedaan pendapat. Padahal, pada dasarnya, mereka sebagai
manusia satu sama lainnya memiliki kebebasan untuk berpendapat.
Dan kali ini, disini, aku mau ngebahas langsung mengenai perbedaan
serta kebebasan berpendapat. Sebelumnya maaf yaa kalau bahasanya terlalu formal, ehe.
Sebenarnya, apasih definisi dari kebebasan
berpendapat itu? Banyak kalangan orang memaknainya berbeda, tergantung dari
presepsi dan latar belakang dari masing – masing orang. Bagi para petani yang
mungkin hanya memikirkan ‘yang penting bisa makan hari ini’, kebebasan
berpendapat itu yang penting mereka bisa menanam padi, menuainya, lalu menjual
dengan bebas dan pulang membawa uang. Namun bagi para petani yang (mungkin)
dari kecil sudah terdidik untuk menjadi seseorang yang maju, kebebasan
berpendapat bukanlah hanya soal ‘yang penting bisa makan’. Mungkin, bisa lebih
panjang lagi. Seperti, mereka ingin hak mereka untuk membuat suatu sistem
pengaturan penjualan beras di desanya, agar kelak keuntungan dari uang yang
didapatkannya tidak hanya dapat dikelola untuk makanan dan kebutuhan sehari –
hari saja. Mungkin sebagian dari keuntungan uang tersebut dapat digunakan untuk
membeli stok pupuk kompos berkualitas tinggi, agar beras yang dhasilkan pun
mengalami peningkatan mutu. Atau bisa jadi, sebagian keuntungan dari hasil
penjualan tersebut dapat digunakan untuk meratakan jalan raya di sekitar
pedesaan tersebut, sehingga akan memudahkan akses pendistribusian ke daerah –
daerah lain. Atau bisa jadi, sebagian keuntungan dari hasil penjualannya dapat
digunakan untuk membeli traktor baru, sehingga akan mempercepat proses panen.
Perbedaan dari definisi kebebasan
berpendapat itu sendiri sudah dapat dijadikan landasan dari perbedaan yang ada.
Dari situ saya belajar, bahwa perbedaan pendapat bukan saja dilihat dari setuju
atau tidaknya seseorang dengan suatu mosi, atau satu topik yang sedang terjadi.
Bahkan hanya sesimpel definisipun bisa merubah segalanya.
Menurut saya, perbedaan berpendapat itu
sangat wajar terjadi. Sekarang yang harus diberikan pendidikan bukanlah dari
pendapat masing – masing orang itu sendiri, meskipun memang kita sebagai
mahasiswa yang lebih banyak tahu karena pengkajian yang sangat mudah didapatkan
serta keterbukaan pikiran yang lebih luas itu lebih baik mengarahkan kepada
suatu kebenaran akan satu masalah atau opini, namun lebih kepada bagaimana cara
kita untuk mengemukakan pendapat dengan baik dan benar, serta bagaimana cara
kita untuk menerima pendapat orang lain dengan lapang dada, tanpa merasa selalu
harus benar maupun salah. Yang harus dipelajari adalah bagaimana kita me- manage diri sendiri baik saat kita
mengeluarkan pendapat maupun setelah mendengarkan pendapat dari orang lain.
Karena perasaan yang kita bawa saat berada dalam sebuah forum diskusi,
berdampak juga pada perasaan orang lain.
Saat orientasi kampus, saya diberikan
sebuah tantangan oleh salah seorang pembimbing. Saya yang saat itu bersama
teman – teman saya dibagi menjadi dua kelompok, dan kami akan diberikan tugas
berupa aksi yang akan dilakukan oleh satu kelompok, dan reaksi yang akan
dilakukan oleh kelompok lainnya. Nantinya, tantangan ini akan dijalankan oleh
dua orang dari kelompok yang berbeda. Saat itu, saya diminta untuk bersikap
cuek dengan apapun yang akan dilakukan oleh teman saya. Lalu saya digiring ke
satu ruangan dengan teman saya yang sebelumnya sudah diperintahkan untuk
menceritakan hal – hal menyenangkan yang terjadi dalam hidupnya. Mengalir
begitu saja teman saya bercerita dengan senangnya, sayapun hanya cuek, acuh tak
acuh mendengarkan ceritanya. Lanjut yang kedua, saya diminta untuk bercerita
tentang hal – hal sedih yang terjadi dalam hidup saya kepada teman yang
nantinya akan merespon ucapan saya. Surprisingly,
teman saya merespon dengan sangat perhatian, tampak peduli bahkan
memberikan saran kepada saya. Disitu saya merasa bahwa akan sangat menyenangkan
sekali jika responnya seperti ini, karena pada awalnya saya membayangkan akan
diacuhkan juga oleh teman saya, sama seperti apa yang saya lakukan. Dan (surprisingly) lagi, saya merasa senang
dengan respon dari teman saya. Saya gatau apa karna tadi ekspektasi saya yang
terlalu rendah atau memang direspon seperti itu adalah hal yang menyenangkan.
Yang jelas, satu pesan yang saya dapatkan dari tantangan tadi adalah, perasaan
seseorang memang sangat berdampak kuat terhadap perasaan orang lain yang berada
di sekitarnya. Dan lagi… kita sebagai manusia yang baik harus dapat berhati –
hati dalam memberikan respon atau berekspresi. Ekspresif sangat diperbolehkan
namun terkadang sikon pun tetap harus dikondisikan. Bisa jadi, orang lain yang
mendapatkan respon dari kita tidak suka, ya kan?
Kembali ke topik utama. Pada intinya,
perbedaan pendapat itu akan selalu ada dimanapun, kapanpun, dan akan terjadi
pada siapapun. Namun yang harus diingat adalah, semua manusia di dunia ini
mempunyai hak yang sama untuk bebas berpendapat, tidak memandang suku, ras,
ataupun agama. Nah, yang harus dibenahi disini (lagi – lagi saya katakana)
BUKAN apa yang menjadi opini atau pendapat dari masing – masing orang,
MELAINKAN bagaimana cara menyuarakan pendapat dengan baik dan benar, serta
bagaimana cara untuk merespon dan mengapresiasi serta menghargai semua pendapat
yang ada. Jangan lupa tersenyum dalam diskusi. (:
Mungkin itu aja sekilas tentang opini
saya, mohon maaf jika ada salah, dan jika ingin menambahkan atau merevisi apa
yang saya katakan, sangat diperbolehkan. Tarima kasih! ^^
Tidak ada komentar :
Posting Komentar