Aku menyukai hujan. Menyukai tetesan air
yang datang menerpa pipiku ketika ku mendongak. Menatap keatas, kulihat awan
kelabu yang bergulung – gulung seperti kapas. Hingga tanpa sadar, wajahku sudah
basah diterpa air.
Aku menyukai hujan. Menyukai bagaimana cara
ia datang, diwaktu yang tepat. Menyukai bagaimana ia selalu dapat menyamarkan
tangis. Menyukai bagaimana ia dapat menjadi pembunuh waktu yang paling ampuh.
Aku menyukai hujan. Bagaimana cara ia dapat
mengikis rasa yang dalam, bagaimana cara ia dapat menimbun luka yang berkubang,
bagaimana cara ia selalu membuatku tersenyum hanya dengan menatapnya.
Pernah ku baca satu buku, ia mengatakan
“Hujan itu seperti kenangan, ketika ia datang, ia tak dapat dihentikan.
Bagaimana ia dapat dihentikan jika air itu terus mengalir?" Maka biarkanlah.
Biarkan hujan turun hingga reda pada waktu yang tepat. Biarkanlah kenangan itu
muncul menyeruak hingga habis dimakan waktu. Hingga selesai tepat pada
waktunya, dan kau pun dapat menjalankan hidup dengan baik.
Aku sangat setuju dengan pernyataan itu.
Namun arti hujan bagiku mungkin sedikit lebih spesifik.
Hujan itu… kamu.
Kamu, yang selalu datang disaat yang tepat.
Tanpa diminta, tanpa dipanggil, tanpa telat barang sedetikpun. Selalu muncul
ketika aku mencarimu.
Hujan itu… kamu.
Tak dapat ku definisikan dengan gamblang,
namun ku tahu, hujan itu… ya kamu. Sejauh apapun kita melangkah kearah yang
berbeda, aku tahu bahwa kamu akan selalu ada buatku. Seperti hujan, kamu selalu
menemani kesendirianku.
Denganmu, hujan, aku selalu tahu kemana
arah pulang. Selalu tahu kemana harus melangkah, tanpa pernah mengikutimu,
apalagi menguntitmu. Kau menjadikanku pribadi yang tangguh, tak pernah goyah
sedikitpun.
Perasaan ini tak pernah jelas, namun aku tahu.
Kamu… adalah hujan untukku.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar