Ketika aku sedang berada dalam masa sibukku, entah darimana engkau datang menghampiri. Mengajakku berbincang, lalu mulai sering muncul dihadapanku. dari keperluan yang paling penting sampai hanya bertegur sapa dan menanyakan kabar, kau selalu muncul dihadapanku. pertama kali aku berpikir, apa yang merasukimu hingga menyempatkan waktu di sela – sela kegiatanmu yang cenderung padat itu untuk muncul dihadapanku dan hanya mengucap apa kabar, lalu pergi lagi entah kemana. Namun mengapa kemunculanmu sekarang menjadi hal yang kutunggu – tunggu?
Kadang gak ngerti dengan kamu.
Sekarang aku mencoba untuk sedikit demi
sedikit menyempatkan waktu untuk berbincang denganmu. Atau lebih tepatnya…
dekat kembali denganmu. Sehari, seminggu, hingga sebulan, semuanya berjalan
dengan lancar. Lewat dari sebulan, aku mulai melihat ada sesuatu yang ganjil.
Namun entahlah, aku belum berasumsi apapun saat itu. Satu bulan setengah, kamu
mulai tampak berbeda. Berbeda darimananya, aku belum bisa menebak dengan pasti
apa itu. Dua bulan berjalan, aku mulai merasa jarang bertemu denganmu.
Ketidakhadiranmu membuatku mencari – cari, karna kamu selalu ada saat itu.
Kini, barang sekali atau dua kali dalam seminggu pun tak pasti dapat melihatmu
atau tidak.
Kadang gak ngerti dengan kamu.
Sekarang aku selalu menyempatkan diri untuk
mencari keberadaanmu. Entah melalui media sosial atau bertemu denganmu secara
langsung. Jadwal dan kegiatanku sehari – hari mulai runyam karna aku mulai
mengkhawatirkanmu, makan segan kelaparan tak mau, handphone selalu berada di
genggaman 24/7, seperti perangko dan amplop yang selalu melekat kemanapun surat
pergi. Dan kini, batang hidungmu pun hanya muncul seminggu sekali paling cepat.
Tak lebih dari semenit setelah pesanmu muncul, aku langsung membalasnya dengan
cepat. Hanya untuk menanyakan kabar dan memastikan bahwa kau baik – baik saja
sebenarnya. Namun setelah pesan dariku terkirim, taka da balasan lagi hingga
satu minggu kemudian. Kini aku berpikir.
Mengapa
posisinya jadi terbalik saat pertama kali dia muncul dihadapanku?
Kadang gak ngerti dengan kamu.
Mungkin aku yang saat itu terlalu geer, atau mungkin akunya yang terlalu
berlebihan dalam menanggapi sikapmu. Oke, setelah kurang lebih empat atau lima
bulan berjalan, aku mencoba untuk berhenti menggapaimu. Kembali menata
rutinitasku seperti semua, dan sibuk dalam duniaku sendiri. Mengerjakan apa
yang sempat tertunda dan memulai hidup dari nol, seperti pertama kali aku belum
mengenalmu. Semua Nampak lancar, namun entah bagaimana caranya—kamu kembali
datang kedalam kehidupanku. Tanpa iming – iming maaf ataupun penjelasan,
sedikitpun. Tanpa ada rasa bersalah sama sekali, kau kembali berusaha
mendekatiku.
Oke. Disini, izinkan aku bertanya. Jadi... kamu maunya apa?
Tidak ada komentar :
Posting Komentar