Benci Untuk Mencinta.

Selasa, April 12, 2016


Selasa, 12 April 2016, di pojok kamar, sedang memikirkanmu.


Ada satu masa dimana aku pernah menyukai seseorang, dan pikiranku tak pernah terlepas darinya sedikitpun. Menunggu balasan pesan darinya hingga tak bisa tidur, bersorak sorai layaknya suporter bola yang menang telak di kandang lawan, hingga tidur sambil memeluk handphone-- berharap di pagi hari, handphone itu akan menjadi sosok nyata yang selama ini ada dipikiranku.

Semua yang ku deskripsikan sebelumnya, sedang kualami saat ini. Itu semua karenamu. 

Masih terasa hangat genggaman tanganmu, tegapnya punggungmu, dan wangi aroma tubuhmu. Semua akan terus terekam jelas didalam otakku. Masih ku ingat caramu menenangkanku, memeluk pinggangku di tengah keramaian kota, semua itu tampak nyata bagiku. Kemarin, kau merupakan sosok terbaik yang selalu aku nantikan kehadirannya.

Namun kini, semua itu berbalik. 

Terkadang aku merasa bodoh pada diri sendiri karena telah tahu lebih dari apa yang seharusnya ku tahu. Mungkin saat itu bukanlah saat yang tepat untukku mengetahui semuanya, mengetahui bahwa ada orang selain diriku yang foto dan kenangannya memenuhi semua sosial mediamu. Aku terlalu rindu hingga salah melepas kerinduan, melihat apa yang seharusnya belum aku lihat. Mungkin ini pertanda dari Tuhan bahwa kau bukanlah milikku. Namun sejak pertama kali atu mengenal namanya, aku selalu berpikir bahwa mungkin ini hanya cobaan untuk kita-- atau... Hanya untukku? Kini, aku tahu aku salah. 

Aku sadar bahwa aku telah terjerembap kedalam lubang yang sama. Kedalam kasih sayang yang semu. Kedalam kehangatan yang maya. Kini aku tahu aku telah salah-- untuk yang ke sekian kalinya. Maka sekarang, izinkan aku untuk mundur perlahan meninggalkanmu.

Dan...

Hai kamu, terimakasih karena telah membuatku benci untuk mencinta.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Theme by: Pish and Posh Designs