Marah.

Selasa, Desember 02, 2014

            Ketika kau tak tahu apa yang kau rasakan, dan kamu terlalu bingung hendak melampiaskannya kemana. Karena pada dasarnya memang tak ada yang salah dan perlu disalahkan. Semuanya baik-baik saja, mungkin. Aku tak tahu mengapa ini semua terjadi. Terlalu membingungkan. Semua hal tampak membingungkan dimataku. Semua hal tampak aneh dan menyebalkan dimataku. Dan saat itulah aku hanya dapat diam dan merutuk pada diri sendiri.
           
Apa aku kecewa oleh diriku sendiri? Apakah ini rasanya diambang ketidakjelasan, antara mana yang harus aku pihak—hatiku atau logikaku? Logika ini terlalu realistis jika digunakan dalam menyelesaikan hal yang memang tidak masuk akal ini—namun jika aku menggunakan perasaan, sama saja dengan menjebloskan diri ke jurang “kematian”. Disebut kematian karena hanya emosi saja yang nantinya akan menghantuiku.

Aku selalu berusaha melihat segalanya dari semua sisi, tapi entah mengapa sisi negatif itu terlalu kuat mempengaruhi jalan hidupku, dan jadilah aku. Seorang anak berumur 15 tahun yang masih kecil, memiliki terlalu banyak pikiran negatif yang membuatnya terlalu posesif kepada siapapun disekitarnya. Merasa hal yang negatif sangatlah perlu dipertahankan—padahal ia hanya mencoba melihat semuanya dari segala sisi. Disinilah aku. Berdiri menatap langit dengan pongahnya, merasa berkuasa atas segala sesuatunya—yang bahkan tak dapat digenggam dengan kedua tangan mungilku ini.


Mungkin aku sedang diguncang oleh terlalu banyak terpaan, yang membuatku harus membuat benteng pertahanan untuk diri sendiri, yang justru dihancurkan oleh diri sendiri.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Theme by: Pish and Posh Designs